Minggu, 17 Desember 2023

FILOSOFI PENDIDIKAN: PERJALANAN PENDIDIKAN NASIONAL

 FILOSOFI PENDIDIKAN

Penulis: Evi Sulistiana

Mengenali Diri dan Perannya sebagai Pendidik

Dengan menjadi guru, kita hadir setiap hari membersamai murid-murid. Hadir untuk terus menambah kapasitas diri misalnya melalui microlearning ini. Kita telah menyadari kebutuhan belajar secara mandiri. Guru harus terus belajar agar bisa menghantarkan murid untuk berdaya dan menjadi manusia merdeka. Kita mengatur diri sendiri dalam perjalanan menjadi manusia merdeka. Menurut Ki Hajar Dewantara “Manusia merdeka adalah manusia yang hidupnya bersandarr pada kekuatan sendiri baik lahir maupun batin,  tidak bergantung pada orang lain. Murid harus mampu mengenal diri, berdaya untuk menentuka tujuan dan kebutuhan belajarnya yang relevan dan kontekstual sesuai dengan lingkungannya. “Pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai tujuan dirinya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat.”.

Salah satu cara untuk kita sebagai guru adalah dengan memaknai dan menghayati pribadi kita sebagai manusia yang medeka untuk terus belajar. Murid sudah memiliki cara belajar yang berbeda dengan kita terdahulu, mereka sangat faseh teknologi. Melalui internet dapat memudahkan pengetahuan melalui internet.

Apa yang perlu kita selaraskan agar bisa mejnadi pendidik yang relevan dengan knteks zaman? Murid kita sudah jauh berbeda dengan kita. Namun, mereka tetap butuh kehadiran sosok pendidik. “Pendidik itu menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak”. apa peran kita sebagai pendidik?

MENDIDIK MENYELURUH

Pendidikan adalah tempat menaburkan benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat sekaligus sebagai instrumen tumbuhnya unsur peradaban. Pengajaran adalah suatu cara menyampaikan ilmu/manfaat bagi hidup anak-anak secara lahir maupun batin. Ki Hadjar, “Pedidikan sebagai tuntunan yaitu tuntunan dalam hidup tumbuhnya murid”. pengajaran adalah salah satu bagian dari pendidikan sedangkan mengajar adalah salah satu bagian dari mendidik. Maka, mendidik adalah menuntun segala kodrat yang ada pada murid agar mereka dapat mencapai keselematan dan ebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.  Murid dicipttakan sebagai makhluk yang memilki kodrat untuk mereka hidup dan tumbuh. Pendidik tidak dapat menentukan dan berkehendak akan hidup tumbuhnya murid yang bisa pendidik lakukan adaah menuntun tumbuh atau hidupya kekuatan-kekuatan itu dengan mengerahkan segala daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti, pikiran dan jasmani murid agar dapat memperbaiki perilakunya, bukan dasar hidup dan tumbuhnya. “Anak-anak tumbuh berdasarkan kekuatan kodratnya yang unik, tdak mungkin pendidik menngubah padi menjadi jagung atau sebaliknya”. Pendidikan tidak hanya berbentuk pengajaran yang memberikan pengetahuan kepada murid, mendidik keterampilan berpikir, mengembangkan kecerdasan batin untuk mencapai keselamatan dan tujuannnya.

Pendidikan pikiran (intelektual) murid sebaiknya dibangun setinggi-tingginya, seluas-luasnya, dan selebar-lebarnya untuk mewujudkan perikehidupan lahir dan batin dengan sebaik-baiknya. Sebagai pendidik, kita harus cermat dalam menempatkan pendidikan pikiran murid sesuai dengan konteks pendidikan nasional. Setiap murid memiliki kekuatan-kekuatan yang memerlukan “tuntunan” orang dewasa. Menuntun potensi murid bertujuan agar ia semakin baik adanya dan untuk mendapatkan kecerdasan yang luas sehingga ia terlindungi dari pengaruh-pengaruh yang dapat menghambat, bahkan melemahkan tumbuhnya potensi atau kekuatan dirinya.

Sebagai orang dewasa, kita dapat berupaya membangun dan menjaga suasan lingkungan yang kondusif agar setiap peserta didik dapat tumubuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya. Seumpana dua garis yang saling tarik menarik dan saling mempengaruhi yang pada akhirnya berujung menjadi satu. Dua garis itu adalah garis dasar yang menggambarkan potensi dari murid dan garis keadaan adalah kesempatan untuk berkembang. Kedua garis ini saling berhubungan yang menurut ilmu pendidikan disebut Konvergensi, Buah dari tuntunan kepada murid adalah berkembangnya akal budi murid yang mendorong terciptanya kebudayaan. Kebudayaan bangsa menjadi ciri khas dan dasar perubahan zaman ditengah kebudayaan negara lain.  Kebudayaan indonesia akan menjadi pilah utama dalam memajukan pendidikan indonesia. Guru dapat memberikan praktik pembelajaran yang mengembangkan kerja sama, empati, menghargai sesama dan berkontribusi sosial sesama, sehingga murid dapat menemukan dan terbekali dengan kebudayaan-kebudayaan bangsa yang jika terus menerus ditumbuhkan maka kebudayaan bangsa akan semakin kuat, tentu saja akan membantu murid atas kehidupan dan penghidupannya.

PERJALANAN PENDIDIKAN NASIONAL

Tahun 1854 :

Beberapa bupati menginisiasi pendirian sekolah kabupaten yang hanya mendidik calaon pegawai.

Sekolah Bumiputera lahir dan hanya mempunyai 3 kelas.

Rakyat hanya diajari membaca, menulis, dan menghitung seperlunya untuk mendukung usaha perdagangan masyarakat.

Pemerintah hindia-belanda memberikan kelonggaran terhadap calon mudir dokter jawa untuk mendpatkan pendidikan dan pengajaran.

Tahun 1920 lahirlah cita-cita baru untuk perubahan radikal dalam pendidikan dan pengajaran.

1922 lahirlah taman siswa Yogyakarta sebagai gerbang emas kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa. Taman siswa ada sebagai jiwa rakyat untuk merdeka dan bebas.

Dengan demikian, Pendidikan pada zaman kolonial hanya diperuntukan bagi kalangan petinggi negara dan anak-anak bangsa Eropa. Sedangkan, rakyat Indonesia hanya diberikan pengetahuan membaca, menulis, dan berhitung tujuannya untuk mempermudah Belanda dalam hal perdagangan. Namun, dengan adanya Taman Siswa yang telah didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara memberikan dampak sampai saat ini. Pendidikan harus menyosong kebudayaan sebagai rasa cinta dan jati diri bangsa Indonesia. Melalui kebudayaan, guru dapat menanamkan pendidikan karakter dan profil pancasila yang digunakan dalam Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini tidak terlepas dari kebijakan atau kurikulum-kurikulum sebelumnya, yaitu pada masa Orde lama menekankan pada penerapan Pancasila, dan Era Reformasi (Pendidikan Abad ke-21) menekankan pada pendidikan karakter. Semua kurikulum saling terhubung untuk berupaya menciptakan pendidikan yang lebih baik bagi Indonesia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar